Rabu, 11 Juli 2018

Menganalisis wacana lisan dan tulisan dan menganalisis wacana Polilok dan Dialok

Menganalisis wacana lisan dan tulisan dan menganalisis wacana Polilok dan Dialok

Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, dibedakan menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui media tulisan (Mulyana, 2005: 51). Tarigan (1987: 52) berpendapat bahwa wacana tulis merupakan wacana yang disampaikan secara tertulis melalui media tulis. Sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal (Mulyana, 2005:52). Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Tarigan (1987: 55),
Ciri wacana lisan dan ciri bahasa wacana tulis
1. Wacana lisan :
a). Kalimat dalam wacana lisan kurang terstruktur.
b). Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, dan
c). Sering hanya berupa urutan kata yang berbentuk frasa.
d). Penataan subordinatif wacana lisan lebih banyak dari pada wacana tulis.
e). Jarang menggunakan piranti hubung karena didukung oleh konteksnya.
     2. Wacana Tulis :
a). Kalimat cenderung lengkap dan panjang.
b). Bahkan terdiri dari beberapa klausa.
c). Penggunaan wacana tulis selalu dipantau dan direvisi oleh penulisnya.
d). Penataan subordinatif wacana tulis lebih banyak dari pada wacana lisan.
e). Sering menggunakan piranti hubung untuk menunjukan suatu hubungan ide.
Terdapat beberapa fungsi ujaran, ujaran tersebut adalah instrumental, regulatori, interaksional, personal, heuristik, dan imajinatif. Fungsi-fungsi ujaran tersebut dijelaskan secara ringkas seperti berikut;
  1. Fungsi instrumental: yaitu menggunakan unsure bahasa untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mendapatkan layanan yang baik. Fungsi itu sering disebut fungsi “keinginan saya” .fungsi tersebut antara lain: (a) meminta suatu objek umum, (b) meminta makanan, dan (c) meminta objek khusus. Contoh:
Nina  :”Itu apa,Bu?” (menunjuk bungkusan yang dibawa ibu)
Ibu    :”Donat.”
Nina :”Minta,minta…!”
Ibu   :”Ambil satu”.
   2. Fungsi regulatori: yaitu menggunakan unsure bahasa untuk mengontrol perilaku orang lain. Fungsi tersebut sering disebut “lakukan seperti yang kukatakan”. Fungsi itu seperti (a) meminta untuk melakukan suatu kegiatan,(b) meminta untuk melakukan tindakan yang khusus,(c) meminta izin melakukan sesuatu, dan (d) meminta untuk dibantu. Contoh:
Joni :”Ini mas sepedanya”.
Ari   :”sudah kamu cuci?”
Joni :”Sudah”.
Ari  :”Taruk situ dulu”.
Joni:”Ya”.
   3.Fungsi interaksional: yaitu menggunakan unsur bahasa untuk melakukan hubungan timbale balik dengan yang lain. Fungsi tersebut juga disebut fungsi “kamu dan aku”. Fungsi itu antara lain: (a) salam pada seseorang,(b) mencari seseorang,(c) menemukan seseorang, dan (d) menunjukkan rasa simpati. Contoh:
Kama :”Mbak,mbak! Dik rama jatuh,mbak”.
Nina :”Ini,ya yang sakit?”
Rama :”Ya”.
  4. Fungsi personal : yaitu menggunakan unsur bahasa untuk mengeksperikan keunikan dirinya. Fungsi tersebut disebut juga fungsi “ini aku ada”(here l come’function). Fungsi itu antara lain: (a) berkomentar pada objek yang tampak, (b) berkomentar pada objek yang tidak tampak, dan, (c) ekspresi perasaan seperti rasa tertarik, senang, keheranan, lucu, jengkel, dan mengingatkan. Contoh:
Tamu :”Hujan-hujan begini yang hangat-hangat enak,ya?”
Ayah  :”Lho,bu kopinya? Walah-walah,bu,kok ora ngrewes awak-awak” (‘Aduh- aduh,bu,kok tidak memperhatikan kita’)
Ibu    :”Oh,ya sampai lupa.Ntar,masak air dulu”.
Pada contoh bagian yang dicetak tebal merupakan komentar terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Komentar itu menunjukkan bahwa aku sebagai pembicara ada. Ujaran itu berfungsi untuk mengekspresikan perasaan diri pembicara.
  5. Heuristik : yaitu menggunakan unsure bahasa sebagai alat untuk mempelajari dunia sekelilingnya. Fungsi itu disebut juga fungsi “katakana padaku,mengapa” (Tell me why’function). Contoh fungsi tersebut antaralain: (a) minta informasi,(b) mengucapkan rasa terimakasih, dan (c) menirukan. Contoh:
       Ibu 1:”bagus sekali kainnya,jeng”.
Ibu 2:”terima kasih. Ini hadiah si menik, lho”.
Ibu 1:”si menik sekarang tinggal di mana to, jeng?”
Ibu 2:”ikut suaminya di pekalongan”.
Pada contoh bagian yang dicetak tebal merupakan ujaran yang berguna untuk meminta informasi. Ujaran itu merupakan contoh ujaran yang memenuhi fungsi heuristik.
   6.Imajinatif: yaitu menggunakan unsur bahasa sebagai alat untuk menciptakan sebuah lingkungn. Fungsi itu disebut juga fungsi “mri bermain” (Let’s prerend’function). Contoh fungsi tersebut antara lain: (a) bermain pura-pura dan (b) bersenandung atau bernyanyi. Contoh  di bawah ini merupakan percakapan anak-anak pada saat bermain.
Rama :”gambar apa?”
Nina  :”gambarnya dik rama jadi ibunya. Bapaknya ke kantor.”
Rama :”kantor…”(tertawa bersama-sama)
Pada contoh bagian yang dicetak tebal merupakan ujaran yang memenuhi fungsi imajinatif. Ujaran itu adalah ujaran pura-pura.
        Funsi –fungsi bahasa yang ditunjukkan dalam percakapan di atas tampak pada pasangan ujaran seperti bagian di bawah ini.


Pasangan Tanya jawab
Pasangan Tanya jawab merupakan dua pasangan ujaran yang berupa pertanyaan dan jawaban. Ujaran yang pertama berupa kalimat pertanyaan dan ujaran yang kedua berupa jawaban. Contoh:
Dosen       :”kamu jadi cuti kuliah,ya?”
Mahasiswa:”iya,pak”.
Dosen       :”apa kamu tidak rugi waktu nanti?”
Mahasisawa:”tampaknya tidak ada jalan lain,pak”.
Pada pengalan ujaran yang dicetak tebal berupa pertanyaan dan ujaran yang mengikutinya merupakan jawaban atas pertanyaan itu.
Pasangan pujian menerima dan menolak
         Pada percakapan sehari-hari juga dapat ditemukan pasangan ujaran terdekat yang berupa pujian penerimaan dan pujian penolakan, seperti contoh berikut.
Konteks: Rama menyanyi lagu “Naik Kereta Api”
Ibu   : “Dik Rama pinter nyanyi. Coba nyanyi Kereta Api lagi!”
Rama   : (menyanyi dan ibu mengikuti menyanyi)
Pasangan keluhan-alasan
Keluhan merupakan tindak tutur yang diungkapkan karena pembicara tidak menyukai atau tidak puas atas sesuatu yang dilakukan atau ditampilkan oleh pendengarnya. Keluhan dalam percakapan dapat berpasangan dengan alasan seperti contoh di bawah ini.
Konteks : Nita menyobeki kertas
Ayah : “Kok digituin!”
Nita : “Ndak apa-apa disobek, ngge dolanan” (untuk mainan’)
Ayah : “Ya.”
Pada contoh keluhan yang ditanggapi dengan sebuah alasan. Alasan itu merupakan usaha pendengar untuk membenarkan tindakannya. Pada contoh di atas, alasan itu dapat diterima oleh pembicara yang mengeluh.
Pasangan ajakan persetujuan dan penolakan
Suatu ujaran digolongkan sebagai tindak tutur ajakan apabila ujaran itu dimaksudkan untuk mengajak pendengar untuk melakukan sesuatu. Dalam percakapan, jakan dapat diikuti oleh ujaran yang persetujuan dan penolakan. Di bawah ini, merupakan contoh tindak ujar ajakan berpasangan dengan persetujuan.
Ayah : “Ayo, Bu kita njenguk Pak Soleh. Kabarnya terkena stroke lagi.”
Ibu : “Lho, kapan? Ayo, kita ke sana nanti sore.” 
Pasangan perintah penerimaan, penolakan, dan pembalikan
Dalam percakapan sehari-hari, ditemukan juga ujaran perintah yang berpasangan dengan penerimaan, penolakan, dan pembalikan. Dibawah ini merupakan contoh pasangan ujaran perintah dan penerimaan.
 Ayah : “Ayo, anak-anak segera mandi! Sudah sore.”
Anak-anak   : “Ya, Yah.” (sambil berebut ke kamar mandi)
Pada contoh di atas, ujaran Ayah merupakan perintah agar anak-anak segera mandi. Perintah itu diterima oleh pendengarnya. Perintah juga dapat berpasangan dengan penolakan seperti contoh di bawah ini. 
Pasangan tawaran penerimaan
Ujaran yang berupa tawaran dalam percakapan juga berpasangan dengan penerimaan. Pasangan ujaran tawaran penerimaan seperti tampak pada contoh berikut.
Nina : “Siapa yang minta permen?” (berteriak)
Rama : “Dik Rama, Dik Rama.”
Nina : “Ini, kamu satu saja.”
Pasangan ujaran permintaan izin pengabulan dan penolakan
Pasangan ujaran terdekat yang berupa panggilan dan jawaban sering ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Pasangan panggilan dan jawaban sering tampak pada contoh berikut.
Nina : “Dina! Sini, lho!”
Dina : ”Ada apa Mbak?”
Nina : “Kita ngobrol-ngobrol aja.”
Bagian yang dicetak tebal di atas merupkan contoh pasangan panggilan dan jawaban.
Pasangan ujaran permintan izin pengabulan dan penolakan
Dalam percakapan sehari-hari, permintaan izin dapat dikabulkan dan juga dapat ditolak. Pasangan permintaan izin dan pengabulan tampak pada contoh berikut. 
          Anak   : “Bu, aku pergi belajar ke tempat Ernin!” Ada tugas  kelompok.”
           Ibu : “Hati-hati, ya. Nanti pulang jam berapa?”
           Anak : ”Nggak terlalu malam, kok.” 
 Menganalisis monolog, dialog, dan polilog
Ada tiga jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai pembicara, yaitu monolog, dialog dan polilog.
Wacana Monolog
      Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang
(Mulyana,2005:53).
.
Wacana Dialog atau Polilog
Dialog atau polilog yang terjadi dalam masyarakat bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melakukan dialaog polilog bertujuan lebih dari memberikan informasi pada mitra tuturnya. Untuk tujuan itu, para peserta dialog atau polilog harus menyadari tugas mereka dalam mengembangkan dialog atau polilog. Selain itu, para peserta dialog atau polilog pelu melakukan segala sesuatu yang dapat mendukung pengembangan dialog atau polilog sesuai dengan yang diinginkan. Menafsirkan dan memahami ujaran peserta lain merupakan contoh tugas peserta dialog atau polilog dalam mengembangkan dialog atau polilog. Bagi peserta yang berbicara, tugas utamanya adalah menciptakan ujaran agar mudah ditafsirkan dan mudah dipahami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar