Rabu, 11 Juli 2018

Hakikat Teks, Koteks, dan Konteks

Hakikat Teks, Koteks, dan Konteks

Melalui wacana manusia dapat saling menyapa, menegur, meminta, memohon, menyetujui, menyepakati, bertanya, meminta keterangan, meyakinkan, mengeritik mengomentari, dan lain sebagainya. Kajian wacana memiliki unsur pendukung yang sangat kompleks. Unsur tersebut terdiriatas unsur verbal (linguistik) dan unsur nonverbal (nonlinguistik). Struktur linguistik wacana merupakan satuan lingual tertinggi dalam hirarki kebahasaan. Sementara itu, unsur nonlinguistik yang melingkupinya mengandung pengetahuan dan informasi tak terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa kajian secara struktural wacana adalah aspek kajian yang sangat luas, artinya kebahasaan yang lebih besar dari pada kalimat dan klausa dan mempunyai hubungan antara unit kebahasaan yang satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, kajian wacana merupakan satuan bahasa yang kompleks dalam hirarki gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk wacana yang utuh. Adapun unsur-unsur yang terkait dengan kajian wacana ini di antaranya, yaitu teks, ko-teks, dan konteks

           Teks merupakan ungkapan berupa bahasa yang di dalamnya terdiri dari satu kesatuan antar isi, bentuk, dan situasi kondisi penggunaannya. Teks dalam hal ini tidak hanya dipandang dari sisi tata bahasa yang sifatnya tertulis atau unsur-unsur kebahasan yang dituliskan, lebih dari itu, suatu teks juga dilihat dari segi maksud dan makna yang diujarankan. Teks memiliki kesatuan dan kepaduan antara isi yang ingin disampaikan dengan bentuk ujaran, dan situasi kondisi yang ada.
          Shiffrin Debora (. 570) Teks sebagai isi linguistik dari tuturan-tuturan, arti semantik tetapnya pada kata-kata, ekspresi, dan kalimat, tetapi bukan inferensi (pemahamanya) yang tersedia pada mitra tutur yang bergantung pada konteks dimana kata-kata, ekspresi, dan kalimat itu digunakan. Teks memberikan (sesuatu yang dinamakan) bagian tuturan, konteks menyatu dengan “ apa yang dikatakan (ungkapan)” untuk menciptakan suatu tuturan. Meskipun semua ancangan terhadap wacana yang telah kami bahas berkenaan dengan bahasa dan dengan tuturan tidak semua ancangan secara eksplisit berkenaan dengan teks dan tuturan. Kridalaksana (2011:238) dalam Kamus Linguistiknya menyatakan bahwa teks adalah (1) satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran, (3)  ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia. Dapat di simpulkan bahwa teks adalah satuan bahasa yang bisa berupa bahasa tulis dan bisa juga berupa bahasa lisan yang dahasilkan dari interaksi atau komunikasi manusia.

        Wacana dan teks merupakan dua hal yang sama dan ada juga yang menganggap berbeda, hal itu disebabkan oleh adanya sudut pandang yang berbeda. Situasi ini sangat bergantung dengan realisasi penggunaan bahasa. Sebuah wacana, misalnya suatu percakapan jika dikaji prosesnya, maka wacana merupakan proses komunikasi antara pembicara dengan mitra tutur yang menghasilkan interpretasi. Tetapi, jika dipandang dari segi produk maka wacana itu dapat berupa teks sebagai produk bahasa yang menghasilkan makna, sehingga wacana itu dibedakan dengan teks.
          Keberadaan koteks dalam suatu wacana menunjukkan bahwa struktur suatu teks memiliki hubungan dengan teks lainnya. Hal itulah yang membuat suatu wacana menjadi utuh dan lengkap. Koteks dapat menjadi alat bantu untuk menganalisis wacana. Koteks merupakan teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks satu memiliki hubungan dengan teks lainnya.

          Kridalaksana (2011:137), koteks diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang mendahului dan/atau mengikuti sebuah unsur lain dalam wacana. Koteks merupakan teks yang mendampingi teks lain dan mempunyai keterkaitan dan kesejajaran.

           Konteks sebagai “pengetahuan” dan mereka juga memasukkan “pengetahuan situasi”, namun  ancangan ini mengusulkan kerangka kerja dan konstruk melalui analisis “situasi” sebagai bagian dari “pengetahuan”. Konteks adalah suatu aspek yang berkaitan dengan ujaran yang di anggap sebagai alasan dalam terjadinya pembicaraan dan berhubungan langsung dengan tuturan.

            Mulyana (2005: 21) yang mengartikan konteks ialah sesuatu yang dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu pembicaraan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu.
           Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara.

konteks terjadinya suatu percakapan (wacana) menunjukkan bahwa konteks memegang peranan penting dalam memerikan bantuan untuk menafsirkan suatu wacana serta ruang dan waktu yang spesifik yang dihadapi seseorang atau kelompok orang.

            Hubungan antara teks, koteks, dan konteks sangat berkaitan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi hakikat yang telah di bahas pada bahasa di atas, yakni bahwa teks adalah satuan bahasa yang terlengkap yang di dalamnya terdapat topik serta bersifat kohesi dan koherensi. teks bisa berupa bahasa tulis maupun berupa bahasa lisan (tutur). Sedangkan koteks merupakan unsur yang memiliki keterkaitan dan kedudukannya sejajar dengan teks yang didampinginya. Koteks dapat mendahului maupun membelakangi teks. Dan kemudian konteks merupakan aspek-aspek yang saling berkaitan dengan ujaran tertentu sehingga timbul sebuah pembicaraan. Aspek tersebut bisa berupa konteks secara situasi maupun pengetahuan.

         teks adalah suatu kesatuan bahasa baik lisan maupun tulisan yang memiliki isi dan bentuk yang saling berkaitan. Koteks diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang mempunyai keterkaitan dan kesejajaran dengan teks yang didampinginya (teks lain). Konteks adalah ruang dan waktu yang meliputi lingkungan fisik dan sosial tertentu dalam memahami suatu teks, yaitu kejadian-kejadian nonverbal atau keseluruhan lingkungan teks itu. Contoh: Mata Kuliah Semantik merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh dalam program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. mata kuliah ini, membahas tentang makna pembentukan kalimat. Dan selamat menempuh hidup baru.
Sumber : Shiffrin, Debora. 2007.Ancangan Kajian Wacana. (Terjemahan Unang, dkk) Yogyakarta: Pustaka Belajar. (Buku asli terbit tahun 1994).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar