berdasarkan pendapat Van Djik dan Norman Fairclough
Van Dijk mengemukakan analisis wacana adalah bangun teoretis yang abstrak. Dengan begitu, wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Adapun perwujudan bahasa adalah teks (Badara, 2013: 16). Dari sekian banyak analisis kritik wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli model Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini kemungkinan karena Van Dijk mengkolaborasikan elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi social”. Nama pendekatan ini tidak dapat dilepasakan Van Dijk.Pendekatan yang dikenal sebagai konjungsi social ini membantu menentukan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.Teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktek wacana. Teks ini ada dua bagian, yaitu teks mikro yang mempresentasikan marginalisasi terhadap perempuan dalam berita, dan elemen besar berupa struktur social tersebut dengan elemen wacana yang makro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi social. Untuk menggambarkan modelnya tersebut, Van Dijk membuat banyak sekali studi analisis pemberitaan media.
Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Van Dijk menggabungkan tiga dimensi wacana tersebut kedalam suatu kesatuan analisis. Dalam teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi social mempelajari proses induksi teks berita yang melibatkan kognisi individudari wartawan. Sedangkan aspek ketiga yaitu kritik social yang mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.
Menurut Van Dijk, meskipun terdiri dari atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks, pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Pada tingkat yang lebih rendah, akan dijumpai pemakaian kata-kata yang menunjuk dan memperkuat pesan. Menurut Littejohn, antar bagian teks dan model Van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang Van Dijk memiliki suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat dan proposisi yang dipakai. Pertanyaan atau tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat atau retorika tertentu.
Dari begitu banyak model analisis wacana yang diintoduksikan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin disebabkan karena Van Dijk menformulasikanelemen-elemen wacana, sehingga bisa dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial” (Eriyanto 2001:221). Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati.
Dalam buku Eriyanto, Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana pikiran dan kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang pertama, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk (Eriyanto 2001:225).
Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka atau skema suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga,struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, parafrase dan lain-lain. Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya.
Dimensi ketiga analisis Van Dijk adalah analisis sosial atau konteks sosial wacana adalah wacana yang berkembang dimasyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan intertekstual dengan meneliti wacana tentang suatu hal di produksi dan di kontruksi dalam masyarakat . Menurut Van Dijk dalam analisis mengenai masyarakat adadua poin yang paling penting :
Praktik Kekuasaan : Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), Satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau kelompok) dari kelompok lain. Kekuasaan ini biasanya didasarkan pada kepemilikan atas sumber sumber yang bernilai seperti uang,status dan pengetahuan. Selain bersifat control yang bersifat langsung secara fisik kekuasaan itu di pahami Van Dijk juga berbentuk persuasif. Analisa wacana memberikan perhatian yang besar terhadap dominasi.
Akses mempengaruhi Wacana : Analisis Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses diantara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit akses memiliki akses yang lebih besar di bandingkan kelompok yang tidak berkuasa.
Felanans Mustari berkunjung ke Kampung Long Apari diajak oleh rombongan Badan Pengelola Kawasan Perbatasan, Pedalaman, dan Daerah Terpencil (BPKP2DT) Kaltim Felanans tahu, BPKP2DT bukan pertama kali mengajak wartawan ke daerah perbatasan. Dia juga tahu, sebelumnya ada rekan kerjanya juga pernah diajak BPKP2DT diajak ke Long Apari. Untuk itu, dia merasa harus membuat berita dengan gaya berbeda. Selain itu, agenda BPKP2DT adalah agenda kunjungan-kunjungan. Jika hanya ikut rombongan, tak ada peristiwa yang menarik dan memenuhi syarat untuk menjadi berita. Seperti dijelaskan Felanans, berikut kutipan wawancara bersama Felanans.: “Saya mencoba menyajikan tulisan dalam bentuk lain. Karena sebelumnya, sudah ada rekan saya, Faroq Zamzani yang datang terlebih dulu ke sana. Jika saya membuat tulisan yang sama seperti wartawan lain, berati tidak ada yang berbeda dari berita-berita tentang Long Apari. Kalau saya hanya mengikuti BPKP2DT Analisis Wacana Berita Kisah-Kisah dari Perbatasan Negara (Hermina) saya juga tidak bisa membuat berita yang bagus. Jadi saya pergi ke sekolah, datang ke petinggi kampung di luar agenda bersama BPKP2DT” kata Felanans. (wawancara 24 Oktober 2013).
Menurut Van Dijk analisis wacana harus menyertakan bagaimana reproduksi kepercayaan yang menjadi landasan bagaimana wartawan menciptakan suatu teks berita. Felanans Mustari sebagai penulis berita dalam berita “Kisah-Kisah dari Perbatasan Negara” menekankan tulisannya pada skema peran. Seperti dijelaskan Van Dijk, skema peran berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Dalam tulisan ini Felanans menyajikan tulisan dengan ide yang mungkin terpikir banyak orang tapi disajikan dengan gayanya sendiri. Biasanya kondisi seperti ini menjadi berita langsung (straight news), di sajian tulisannya Felanans menulis dengan tujuan informatif dengan sentuhan tulisan sastra menghibur. Felanans mengakui berita itu dia tulis ketika masih baru belajar menulis sebuah liputan khas. Berikut petikan wawancaranya : “Itu tulisan 2010 ketika saya masih belajar menulis sajian tulisan khas. Saya menyadari jika masih ditemukan kalimat atau kata yang salah” Selain itu, Felanans menggambarkan keindahan alam Long Apari bukan berdasar pengalamannya datang ke tempat yang dia gambarkan (khusus di tulisan “JingkatJingkat ke Negeri Kerabat”). Berikut jawabannya soal cara menggambarkan keindahan alam Long Apari : “Saya mendengarkan Ding Jo bercerita, kemudian saya tulis. Saya temui Ding Jo di sekolah tempatnya mengajar. Awalnya saya mau menulis sekolah itu saja. Tapi Ding Jo sangat terbuka dan mau banyak bercerita. Sehingga saya banyak mendapat gambaran daerah-daerah yang pernah dia datangi di perbatasan. Malaysia,”kata Felanans. (Wawancara 24 Oktober 2013) Selebihnya, tulisan memang berdasarkan pengalamannya datang ke Kampung Long Apari, diajak oleh rombongan Badan Pengelola Kawasan Perbatasan, Pedalaman, dan Daerah Terpencil (BPKP2DT) Kaltim. Di sela-sela perjalanan, Felanans menyempurnakan berita untuk keberimbangan dengan menggali informasi dengan petinggi kampung. Kemudian dia juga mengkonfirmasi Kepala Kantor Imigrasi Klas IA Samarinda yang saat itu dijabat Zaeroji untuk kepastian penulisan kunjungan tanpa paspor ke Long Singot. Tentang pemilihan kata-kata yang jarang digunakan, Felanans mengatakan, tidak takut membingungkan pembaca dnegan menggunakan kata pilihannya. Berikut penjelasan Felanans tentang banyak kata ganti, metafora, dan padanan kata yang dia pakai : “Saya menempatkan pilihan kata tersebut di posisi kalimat yang pasti dimengerti pembaca,” kata Felanans (Wawancara 27 Oktober 2013)
Di analisis ini, peneliti menggunakan cara studi pustaka dengan melihat
pola pemberitaan tentang kondisi ketertinggalan pembangunan Long Apari di
media lokal lain. Baik dari Kaltim Post, Samarinda Pos, dan Tribun Kaltim serta
media lain. Wacana perbatasan Long Apari yang berkembang dalam masyarakat dipengaruhi dua faktor yaitu :
Analisis wacana van Dijk memberikan perhatian yang besar pada apa yang disebut sebagai dominasi. Contohnya, rasisme dalam bentuk dominasi kulit putih atas ras minoritas lain yang terjadi di Eropa. Suatu media yang dimiliki ras kulit putih akan mendominasi berita-berita yang perhatian dengan rasnya. Sebaliknya dengan ras minoritas. (Eriyanto 2009 : 272) Dalam berita “Kisah-Kisah dari Perbatasan Negara” wacana ketertinggalan pembangunan diperbatasan berkembang dengan dukungan.
banyak pihak. Sehingga banyak media juga perhatian dengan isu-isu seputar pembangunan perbatasan. Terutama mengkritisi anggaran pemerintah untuk pembangunan daerah perbatasan baik untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Jadi, tidak ada yang berkuasa wacana pembangunan di Long Apari. Justru pemerintah yang berkuasa membangun Long Apari yang dikritik media masa. Di sini, media-media lokal berperan sebagai kontrol sosial.
Analisis wacana van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses di antara masing-masing kelompok di masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengakses media. Kemudian lebih besar mempengaruhi kesadaran khalayak . (Eriyanto 2009 : 272) Wacana perbatasan negara di berita “Kisah-Kisah dari Perbatasan Negara” akses sepenuhnya dimiliki media. Dalam hal ini wartawan yang melihat suatu peristiwa dan membuatnya suatu berita sebagai kontrol sosial. Warga di Long Apari merupakan kelompok masyarakat minoritas yang kurang perhatian dalam pembangunan. Sehingga, sebuah berita ketertinggalan pembangunan ini mengharuskan media untuk menjalankan fungsi kontrolnya sepenuhnya.