Selasa, 24 Januari 2017

MORFOFONEMIK















MORFOFONEMIK

Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Didalamnya dipelajari bagaimana morfem di realisasikan dalam tingkat fonologi. Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain. Jadi, morfofonemik atau morfonologi atau morfofonologi, adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau fonem sebagai akibat dari adanya suatu  proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.

A. Jenis Perubahan

1.      Pemunculan Fonem        
  
Munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, pada proses prefiks me- Me- + kata dasarbacamuncul bunyi sengau [m] yang semula tidak ada menjadimembaca.

2.      Pelepasan Fonem
Hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. ber + renang menjadi berenang.

3.      Peluluhan Fonem
Luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain. pe + sikat = penyikat.

4.      Perubahan Fonem
Berubahnya sebuah fonem sebagai akibat terjadinya proses morfologi. ber + ajar = belajar

5.      Pergeseran Fonem
Berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku ke suku lainnya. Lompat + ime, lom, pa, ti (Abdul Chaer, 2008 :43-45)


B.  Morfofonemik Pembentukan Kata Bahasa Indonesia

Pembentukan kata Bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasidan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses afiksasi hanya ada dalam prefiks ber-, me-, pe-, per-, konfiksasi per- an, dan sufiksasi –an.

1.      Prefiksasi ber-

  1. Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- terjadi apa bila bentuk dasar mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er]. Misalnya, ber + kerja, bekerja.
  2. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar. ber + ajar, belajar.
  3. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b di atas. ber + korban, berkorban.
2.      Prefiksasi me- (termasuk klofiks me- kan dan me- i)

  1. Pengekalan fonem, yakni tidak ada fonemyang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan ditambahkan. Bentuk dasar diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n,ng, dan ny/. Me + rawatmerawat
  2. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. me + fitnahmem fitnah.Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/.me + dapatmendapat.Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan kosonan /g, h, kh, a, l,u, e, dan o/.
  3. Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- atau pe- an diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.me + potong, memotong.
3.     Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe- an.a.Pengekalan fonem, /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Pe  + rawat, perawat, Perawatan

  1. Penambahan fonem, yaitu penanmbahan fonem masal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Pe + baca, pembaca, Pembacaan
  2. Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- di imbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan /s, k,p, t/. Pe + kirim, pengirim, pengiriman,



4.      Prefiksasi per- dan konfiksasi per- an.
  1. Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/, atau suku pertamanya /er/. per + ringan, peringan. per + kerja, pekerja.
  2. Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar. per + ajar, pelajar.
  3. Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada a dan b di atas. per + kecil, perkecil. per + lambat, perlambat.

5.      Sufiksasi –an.
  1. Pemunculan fonem
  1. Pemuculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks–an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vocal /u/. temu + an, temuwan. Dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/ itu tidak dituliskan. Dalam literatur lain bunyi /w/ disebut bunyi pelancar (glider).
  2. Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. tari + an, tarian. Bunyi ini juga disebut bunyi pelancar.
  3. Pemunculan fonem glottal /?/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /a/. (ber) dua + an (ber) dua?an.
Pergeseran fonem Apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks –an tersebut. jawab + an, jawaban.
6.      Prefiksasi ter-
  1. Pelapasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.ter + asa, terasa.
  2. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur. ter + anjur, terlanjur.
  3. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b di atas. ter + dengar, terdengar. ter + jauh, terjauh. (Abdul Chaer, 2008 :46-55)



Bentuk nasal dan tak bernasal

Hadir atau tidaknya bunyi nasal berkaitan erat dengan :
  1. Kaitan dengan tipe verba Dalam Bahasa Indonesia ada 4 macam tipe verba yang berkaitan dengan proses nasalisasi. Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nominape- dan nomina pe- an) yang diturunkan adalah sebagai berikut. Afiks Nasal Fonem awal bentuk dasar me- me- kanme- i
1.      ¢
2.      M
3.      N
4.      Ny
5.      Ngl, r, w,y, m, n, ny, ngb, p, fd, ts, c, jk, g, h, kh, a, l, u, e, o
6.      dilihat bahwa dalam proses pengimbuhan afiks me-, me-kan, me-i akan terjadi.


  1. Kaitan dengan upaya pembentukan istilah Dalam peristilah olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju(yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan profesi.
  2. Kaitan dengan upaya semantikUntuk member makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Misalnya, bentuk mengkaji dalam arti meneliti dibedakan dengan mengaji yang berarti membaca Al Qur’an. Sementara itu, tanpa perbedaan semantik pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan secara bersaingan. Mensetir menyetir Mengkonsumsi mengonsumsi (Abdul Chaer, 2008 :56-62)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar