Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa
morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses
morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Kridalaksana
(2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan
morfologi dan fonologi. Didalamnya dipelajari bagaimana morfem di realisasikan
dalam tingkat fonologi. Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa
morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan
morfem satu dengan morfem lain. Jadi, morfofonemik atau morfonologi atau
morfofonologi, adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau fonem
sebagai akibat dari adanya suatu proses
morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
A.
Jenis Perubahan
1. Pemunculan
Fonem
Munculnya fonem (bunyi) dalam
proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, pada proses prefiks me-
Me- + kata dasarbacamuncul bunyi sengau [m] yang semula tidak ada
menjadimembaca.
2.
Pelepasan Fonem
Hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. ber +
renang menjadi berenang.
3.
Peluluhan Fonem
Luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan
fonem lain. pe + sikat = penyikat.
4. Perubahan
Fonem
Berubahnya sebuah fonem sebagai akibat terjadinya
proses morfologi. ber + ajar = belajar
5. Pergeseran
Fonem
Berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku ke
suku lainnya. Lompat + ime, lom, pa, ti (Abdul Chaer, 2008 :43-45)
B. Morfofonemik Pembentukan Kata Bahasa
Indonesia
Pembentukan kata Bahasa Indonesia terutama terjadi
dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasidan komposisi hampir tidak ada.
Dalam proses afiksasi hanya ada dalam prefiks ber-, me-, pe-, per-, konfiksasi
per- an, dan sufiksasi –an.
1. Prefiksasi
ber-
- Pelepasan fonem /r/ pada prefiks
ber- terjadi apa bila
bentuk dasar mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya
berbunyi [er]. Misalnya, ber + kerja, bekerja.
- Perubahan fonem /r/ pada prefiks
ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar. ber + ajar, belajar.
- Pengekalan fonem /r/ pada prefiks
ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b
di atas. ber + korban, berkorban.
2. Prefiksasi
me- (termasuk klofiks me- kan dan me- i)
- Pengekalan fonem, yakni tidak ada
fonemyang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan ditambahkan. Bentuk dasar
diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n,ng, dan ny/. Me + rawatmerawat
- Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. me + fitnahmem fitnah.Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/.me + dapatmendapat.Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan kosonan /g, h, kh, a, l,u, e, dan o/.
- Peluluhan fonem, apabila prefiks
pe- atau pe- an diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan
bersuara /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan
nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/
diluluhkan dengan nasal /n/.me + potong, memotong.
3. Prefiksasi
pe- dan konfiksasi pe- an.a.Pengekalan fonem, /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/.
Pe + rawat, perawat, Perawatan
- Penambahan fonem, yaitu penanmbahan
fonem masal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Pe + baca, pembaca, Pembacaan
- Peluluhan fonem, apabila prefiks
pe- di imbuhkan
pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan /s, k,p, t/. Pe + kirim, pengirim, pengiriman,
4. Prefiksasi
per- dan konfiksasi per- an.
- Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila
bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/, atau suku pertamanya /er/. per +
ringan, peringan.
per + kerja, pekerja.
- Perubahan fonem /r/ menjadi /l/
terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar. per + ajar, pelajar.
- Pengekalan fonem /r/ terjadi
apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada a dan b di atas. per +
kecil, perkecil.
per + lambat,
perlambat.
5. Sufiksasi
–an.
- Pemunculan fonem
- Pemuculan fonem /w/ dapat terjadi
apabila sufiks–an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan
vocal /u/. temu + an, temuwan. Dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/
itu tidak dituliskan. Dalam literatur lain bunyi /w/ disebut bunyi pelancar (glider).
- Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi
apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal
/i/. tari + an, tarian.
Bunyi ini juga disebut bunyi pelancar.
- Pemunculan fonem glottal /?/ dapat
terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berakhiran vokal /a/. (ber) dua + an (ber) dua?an.
Pergeseran fonem Apabila sufiks –an
itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Konsonan
tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks –an tersebut. jawab +
an, jawaban.
6. Prefiksasi
ter-
- Pelapasan fonem dapat terjadi
apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan
konsonan /r/.ter + asa, terasa.
- Perubahan fonem /r/ pada prefiks
ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada
bentuk dasar anjur. ter + anjur, terlanjur.
- Pengekalan fonem /r/ pada prefiks
ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk
dasar yang bukan disebutkan pada a dan b di atas. ter + dengar, terdengar. ter + jauh, terjauh. (Abdul Chaer, 2008
:46-55)
Bentuk nasal dan tak bernasal
Hadir
atau tidaknya bunyi nasal berkaitan erat dengan :
- Kaitan dengan tipe verba Dalam
Bahasa Indonesia ada 4 macam tipe verba yang berkaitan dengan proses
nasalisasi. Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nominape-
dan nomina pe- an) yang diturunkan adalah sebagai berikut. Afiks Nasal
Fonem awal bentuk dasar me- me- kanme- i
1. ¢
2. M
3. N
4. Ny
5. Ngl,
r, w,y, m, n, ny, ngb, p, fd, ts, c, jk, g, h, kh, a, l, u, e, o
6. dilihat
bahwa dalam proses pengimbuhan afiks me-, me-kan, me-i akan terjadi.
- Kaitan dengan upaya pembentukan istilah Dalam peristilah olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju(yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan profesi.
- Kaitan dengan upaya semantikUntuk
member makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal.
Misalnya, bentuk mengkaji dalam arti meneliti dibedakan dengan mengaji
yang berarti membaca Al Qur’an. Sementara itu, tanpa perbedaan semantik
pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang
tanpa peluluhan lazim digunakan secara bersaingan. Mensetir menyetir
Mengkonsumsi mengonsumsi (Abdul Chaer, 2008 :56-62)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar