1.
Klasifikasi
Morfem
a.
Morfem
Bebas dan Moerfem terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitan dengan morfem lain dan dapat
langsung digunakan bertutur. Contohnya pada morfem {pulang}, {merah}, {pergi}.
Morfem bebas berupa morfem dasar. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang
harus bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam bertutur. Dalam
hal ini afiks dalam bahasa indonesia termasuk morfem terikat. Selain itu banyak
juga morfem dasar seperti, henti, juang, dan geletak. Untuk dapat digunakan
ketiga morfem tersebut maka harus diberi afiks atau digabung dengan morfem
lain. Misal {juang} menjadi berjuang, pejuang, dan daya juang, dan jugacontoh
henti harus digabung dulu dengan afiks tertentu sseperti, menjadi berhenti,
perhentian, dan menghentikan. Berdasarkan bentuk dasar trikat perlu dikemukakan
catatan sebagai berikut :
Yang pertama bentuk dasar seperti gaul, juang dan henti, lazim
disebut betuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut belum memiliki
kategori sehingga tidak dapat digunakan dalam pertuturan.
Kedua, verhar (1978) juga memasukan bentuk seperti beli, baa, dan
tulis, kedalam kelompok prakategorial, karena untuk digunakan didalam kalimat
harus terlebih dahulu diberi prefiks me-, di-, atau ter-. Dalam kalimat
imperatif memang tanpa imbuhan bentuk tersebutdapat digunakan. Kalimat
imperatif adalah hasil transformasi dari kalimat aktif transitif ( yang
memerlukan imbuhan).
Ketiga, bentuk kata seperti renta (yang hanya muncul dalam tua
renta) kerontang (kering kerontang), dan kuyub (basah kuyub) adalah juga
termasuk morfem terikat. Oleh karena itu hanya muncul dalam pasangan tertentu,
maka disebut morfem unik.
Keempat, bentuk yang disebut klitika agak sukar ditemukan
statusnya, apakah morfem bebas ataupun terikat. Contoh klitika ku- dapat
dipisahkan sehingga menjadi buku baruku. Dilihat dari posisi tempatnyadibedakan
adanya proklitika yaitu klitika yang berposisi didepan dan diikuti klitika ku-
dalam dalam bentuk kubawa dan kuambil. Sedangkan yang disebut enklitika adalah
yang bertempat dibelakang kata yang dilekati, seperti klitika mu- dan nya- pada
bentuk nasibmu dan duduknya.
Kelima, bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi seperti dan,
oleh, di, dan karena secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara
sintaksis adalah bentuk terikat (dalam
satuan sintaksisnya).
Keenam, bentuk yang oleh kridalaksana (1989) disebut proleksem,
seperti a (pada asusila), dwi (dwibahasa), dan ko (kopilot) juga termasuk
morfem terikat.
b. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Morfem utuk secara fisik merupakan satu kesatuan yang utuh. Ssemua morfem
dasar baik bebas maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks trmasuk
morfem utuh. Sedangkan yang dimaksud terbagi adalah morfem yang fisiknya
terbagi atau disispi morfem lain. Karena semua konfiks (pe-an, ke-an, dan
per-an) adalah morfem terbagi.
c. Morfem Segmental dan Morfem Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh morfem-morfem
segmental, yaitu morfem yang berups bunyi dan dapat disegmentasikan. Contoh morfem
{lihat}, {ter-}, {sikat}, {lah-}. Sedangkan morfem suprasegmental adalahmorfem
yang terbentuk dari nada, tekanan, durasi, dan intonasi. Didalam bahasa
indonesia tidak ditemukan morfem suprasegmental ini, tetapi dalah bahasa Cina,
Thai, burma morfem tersebut kita dapati (lebih jauh, untuk contoh lihat chaer
2003).
d. Morem Bermakna Leksikal dan Tak Bermakna Leksikal
Dikotomi morfem bermakna leksikal untuh bahasa indonesia tilbul
sebuah masalah. Morfem-morfem seperti
{juang}, {henti}, dan {gaul} memiliki makna leksikal atau tidak. Jika
dikatakan bermakna leksikal, pada kenyataanya morfem-morfem itu belum dapat
digunakan dalam pertuturan sebelum mengalami proses morfologi. Jika dikatakan
tidak bermakna leksikal, pada kenyataanya morfem-morfem tersebut bukan afiks. Ada
satu masalah lagi berkenaan dengan morfem leksikal ini, yaitu morfem yang
berkategori gramatikal sebagai preposisi dan konjungsi. Banyak pakar seperti
(Keraf 1986 dan Parera 1988) yang menyatakan bahwa kelas-lelas preposisi dan
konjungsi tidak memiliki makna leksikal, dan hanya mempunyai fungsi gramatikal.
Sebenarnya sebagai morfem dasar dan juga bukan afiks, semua morfem preposisi
dan konjungsi memiliki makna leksikal. Namun kebebasanya dalam pertuturan
memanng terbatas. Meskipun keterbatasan tidak seketat afiks dalam morfologi morfem-morfem yang termasuk
preposisi dan konjungsi memiliki kebebasan seperti morfem bebas lainnya, hanya
secara sintaksis keduanya terikat pada satuan sintaksisnya.
2.
Morfem
Dasar, Pangkal dan Akar
Morfem dasar
Morfem dasar, bentu dasar (lebih lazim dasar (base) saja), pangkal
(stem), akar adalah istilah yang lazim digunakan dalam kajian morfologi. Namun
seringkali digunakan secara tidak cermat, malah sering kali berbeda. Oleh
karena itu sejalan dengan usaha Lyons (1977:513) dan Methews (1972:165 dan
1974:40,70). Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan
morfem afiks. Jadi bentuk seperti beli, juang, dan kucing, adalah morfem dasar.
Morfem dasar ini ada yang termasuk morfem bebas yaitu beli, kucing,
pulang, tetapi ada pula yang termasuk
morfem terikat yaitu juang, henti, tempur. Sedangkan morfem afik yaitu be-,
di-, -an, jelas semuanya termasuk morfem terikat. Sebuah morfem dasar dapat
menjadi bentuk dasar dalam suatu proses morfologi. Artinya dapat diberi afiks
tertentu dalam proses afiksasi, dan dapat diulang dalam proses reduplikasi,
atau dapat digabung dengan morfem yang laindalam suatu proses kompoisi. Istilah
bentuk dasar biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar
dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal
tetapi juga dapat berupa gabunngan morfem.
Pangkal
Istilah pangkal atau stem digunakan untuk menyebut bentuk dasar
dalam proses pembentukan kata inflektif, atau pembubuhan afiks inflektif. Hal
ini terutama terjadi pada bahasa fleksi, seperti bahasa Arab, Itali, Jerman,
Prancis, dalam bahasa indonesiaproses inflektif hanya terjadi pada proses
pembentukan verba transitif, yaitu verba yang berprefiks me- (yang dapat
diganti dengan di-, ter-, dan Zero). Misalnya dalam kata membeli pangkalnya
adalah beli, pada kata mendaratkan adalah daratkan, dan pada kata menangis
adalah bentuk tangis.
Akar
Istilah akar atau root digunakan untuk menyebutkan bentuk yang
tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya, akar adalah bentuk yang
tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan. Misalnya pada kata memberlakukan
setelah semua afiknya ditanggalkan (yaitu prefiks me-, ber-, dan sufiks kan)
dengan cara tertentu, maka yang tersisa adalah akar laku. Akar laku ini dapat
dianalisis lebih jauh lagi tanpa merusak akar makna tersebut. Contoh lain dari
kata keberterimaan kalau semua afiknya ditanggalkan akan tersisa akarnya yaitu
bntuk terima. Bentuk terima ini tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar