Selasa, 24 Januari 2017

afiksasi

Pengertian Proses Morfologi

Proses morfologi adalah penyusunan dari komponen –komponen kecil menjadi menjadi bentuk yang lebih besar berupa kata kompleks. Proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.Adapun pengertian proses morfologi menurut berbagai sumber, yaitu :

ü  Proses morfologik adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. (Prof. Drs. M. Ramlan, 2009:51)
ü  Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. (Samsuri, 1987:190)
ü  Proses Morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi). (Abdul Chaer, 2008: 25)

Bahasa-bahasa di dunia memiliki cara-cara tersendiri dalam proses pembentukan katanya sehingga proses morfologis tidak bisa ditemukan dalam setiap bahasa. bahasa indonesia adalah termasuk dari salah satu bahasa Austronesia yang didominasi oleh pembentukan kata melalui afiksasi. Tugas morfologi adalah menyusun morfem menjadi kata atau menguraikan kata menjadi morfem.

Proses Pembubuhan Afiks

Proses morfologis yang sering dijumpai ialah afiksasi, yaitu penggabungan akar atau pokok dengan afiks. Afiksasi adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan morfem terikat berupa afiks pada bentuk dasar. Dalam proses pembubuhan afiks, bentuk dasar merupakan salah satu dari unsur yang bukan afiks. Afiks merupakan satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.Afiks itu ada empat macam, yaitu prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks (gabungan awalan dan akhiran).

1. Prefiks (awalan)

Prefiksasi adalah proses pembubuhan afiks (morfem terikat) yang dapat dilakukan di depan bentuk dasar. Jenis prefiks (awalan) antara lain : ber-, se-, me-, ter-, di-, dll.

Contoh : ber + main = bermain
               di + makan = dimakan
               ter + tawa = tertawa

2. Infiks (sisipan)

Infiksasi adalah proses pembubuhan afiks di tengah bentuk dasar. Penulisan afiks ini ditulis serangkai dengan kata dasarnya sebagai satu kesatuan. Jenis infiks (sisipan) antara lain : -em-, -el-, -er,d an -in-.

Contoh : getar = g + em+ etar
              gigi     = g + er + igi
              kerja  = k +in +erja

3. Sufiks (akhiran)

Sufiksasi adalah proses pembubuhan afiks di akhir bentuk dasar. Penulisan afiks ini ditulis serangkaian dengan kata dasarnya, sebagai satu kesatuan. Jenis sufiks (akhiran) antara lain:-an, -i, -kan, -nya ,dll.

Contoh : cuci + an = cucian
       baca + kan = bacakan
       turun + nya = turunnya
       warna + i = warnai

4. Konfiksasi adalah proses pembubuhan afiks di awal dan akhir bentuk dasar secara bersamaan. Konfiks yang terdiri dari dua unsur. Satu dimuka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Jenis konfiks antara lain : ber – an, ke – an, me – kan,, per – an, dll.

Contoh : me + laku + kan = melakukan
               ber + pakai + an = berpakaian
               ke + hujan + an = kehujanan

Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori nomina, maupun yang berkategori ajektiva. Macam-macam afiksasi :

1.      AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA

Afiks - afiks pembentukan verba adalah:

  1. prefiks ber-
  2. klofiks ber-kan
  3. sufiks –kan
  4. konfiks per-kan, Dll.
Verba Berprefiks ber- Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa :

  1. Morfem dasar terikat, seperti :  tempur – bertempur, juang – berjuang.
  2. Morfem dasar bebas, seperti : ladang – berladang, ternak – beternak.
  3. Bentuk turunan berafiks, seperti terdapat pada kata berpakaian (bentuk dasarnya pakaian), beraturan (bentuk dasarnya aturan), berkekuatan (bentuk dasarnya kekuatan), berkebangsaan (bentuk dasarnya kebangsaan),
  4. Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari (bentuk dasar lari-lari), berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah) dan berilmu-pengetahuan (bentuk dasar ilmu-pengetahuan).
  5. Bentuk turunan hasil komposisi, seperti terdapat pada kataberjual beli (bentuk dasar jual- beli), bertemu muka (bentuk dasar temu- muka), dan bergunung api (bentuk dasar gunung- api).
2.      Verba Berklofiks Ber-kan

Verba berkofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks–kan. Misalnya mula-mula pada kata dasar senjata di imbuhkan prefiks ber-menjadi bersenjata, lalu pada kata bersenjata di imbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi bersenjatakan.

3.      Verba Bersufiks –kan

Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif.

Verba bersufiks –kan digunakan dalam :

  1. kalimat imperatif. Contoh:
-  lemparkan bola itu ke sini !
-  tuliskan namamu di sini !
-  gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar !

  1. kalimat pasif yang predikatnya berpola : (aspek) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan. Contoh :
-  rumah itu baru kami dirikan.
-  jembatan itu akan mereka robohkan.
-  tugas itu belum saya laksanakan.

  1. keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola : yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh :
-  uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
-  kami melewati daerah yang sudah mereka amankan.

Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal :

  1. jadikan.
  2. jadikan berada di.
  3. lakukan untuk orang lain.
  4. lakukan akan.
  5. bawa masuk ke.
Verba Berkonfiks per- kan

Verba berkonfiks per- kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, atau berprefiks ter-). Verba berkonfiks per- kan digunakan dalam :

  1. Kalimat imperatif.
Misalnya :
-  persiapkan dulu bahan-bahannya!
-  jangan perdebatkan lagi masalah itu!
-  jangan persamakan saya dengan dia!

  1. Kalimat pasif yang predikatnya berpola : (aspek) + pelaku + verba.
            Contoh:
-  anakitu akan kita pertemukandengan orang tua angkatnya.
-  masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
-  usulmu itu akan kami pertimbangkan.

  1. Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola : yang + (aspek) + pelaku + verba.
Contoh :
-  tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
-  film yang mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.
-  kami menyenangi lagu-lagu yang telah mereka perdengarkan.

Verba berkonfiks per- kan memiliki makna gramatikal :

  1. Jadikan bahan (per- kan).
  2. Lakukan supaya.
  3. Jadikan me-.
  4. Jadikan ber-.

 AFIKSASI PEMBENTUKAN NOMINA

Pembentukan dengan afiksasi ini ada yang di bentuk langsung dari akar, tetapi sebagaian besar di bentuk dari akar melalui kelas verba dari akar itu. Yang dibentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke- an, seperti kepandaian yang bermakna ‘hal pandai’ dan  kepartaian yang bermakna ‘hal partai. Sedangkan contoh yang di bentuk dari akar melalui verba dari akar itu adalah pembaca yang bermakna gramatikal “yang membaca”, pembacaan yang bermakna  gramatikal “hasil membaca” atau “yang dibaca”.

Afiks Pembentukan Nomina :

  1. Prefiks ke-
  2. Konfiks ke- an
  3. Sufiks –an
  4. Infiks –el, -em, dan –er
  5. Sufiks dari bahasa asing.
AFIKS PEMBENTUKAN AJEKTIFA

1.            Dasar ajektiva berprefiks se- Contoh sepintar A, sama dengan sama pintar dengan A
2.            Dasar ajektiva berkonfiks ke- an Contoh : kebiruan sama dengan agak biru
3.            Dasar ajektiva berklofiks me- I Contoh : menghormati sama dengan merasa hormat.


MORFOFONEMIK















MORFOFONEMIK

Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Didalamnya dipelajari bagaimana morfem di realisasikan dalam tingkat fonologi. Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain. Jadi, morfofonemik atau morfonologi atau morfofonologi, adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau fonem sebagai akibat dari adanya suatu  proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.

A. Jenis Perubahan

1.      Pemunculan Fonem        
  
Munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, pada proses prefiks me- Me- + kata dasarbacamuncul bunyi sengau [m] yang semula tidak ada menjadimembaca.

2.      Pelepasan Fonem
Hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. ber + renang menjadi berenang.

3.      Peluluhan Fonem
Luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain. pe + sikat = penyikat.

4.      Perubahan Fonem
Berubahnya sebuah fonem sebagai akibat terjadinya proses morfologi. ber + ajar = belajar

5.      Pergeseran Fonem
Berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku ke suku lainnya. Lompat + ime, lom, pa, ti (Abdul Chaer, 2008 :43-45)


B.  Morfofonemik Pembentukan Kata Bahasa Indonesia

Pembentukan kata Bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasidan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses afiksasi hanya ada dalam prefiks ber-, me-, pe-, per-, konfiksasi per- an, dan sufiksasi –an.

1.      Prefiksasi ber-

  1. Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- terjadi apa bila bentuk dasar mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er]. Misalnya, ber + kerja, bekerja.
  2. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar. ber + ajar, belajar.
  3. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b di atas. ber + korban, berkorban.
2.      Prefiksasi me- (termasuk klofiks me- kan dan me- i)

  1. Pengekalan fonem, yakni tidak ada fonemyang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan ditambahkan. Bentuk dasar diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n,ng, dan ny/. Me + rawatmerawat
  2. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. me + fitnahmem fitnah.Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/.me + dapatmendapat.Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan kosonan /g, h, kh, a, l,u, e, dan o/.
  3. Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- atau pe- an diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.me + potong, memotong.
3.     Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe- an.a.Pengekalan fonem, /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Pe  + rawat, perawat, Perawatan

  1. Penambahan fonem, yaitu penanmbahan fonem masal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Pe + baca, pembaca, Pembacaan
  2. Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- di imbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan /s, k,p, t/. Pe + kirim, pengirim, pengiriman,



4.      Prefiksasi per- dan konfiksasi per- an.
  1. Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/, atau suku pertamanya /er/. per + ringan, peringan. per + kerja, pekerja.
  2. Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar. per + ajar, pelajar.
  3. Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada a dan b di atas. per + kecil, perkecil. per + lambat, perlambat.

5.      Sufiksasi –an.
  1. Pemunculan fonem
  1. Pemuculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks–an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vocal /u/. temu + an, temuwan. Dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/ itu tidak dituliskan. Dalam literatur lain bunyi /w/ disebut bunyi pelancar (glider).
  2. Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. tari + an, tarian. Bunyi ini juga disebut bunyi pelancar.
  3. Pemunculan fonem glottal /?/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /a/. (ber) dua + an (ber) dua?an.
Pergeseran fonem Apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks –an tersebut. jawab + an, jawaban.
6.      Prefiksasi ter-
  1. Pelapasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.ter + asa, terasa.
  2. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur. ter + anjur, terlanjur.
  3. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b di atas. ter + dengar, terdengar. ter + jauh, terjauh. (Abdul Chaer, 2008 :46-55)



Bentuk nasal dan tak bernasal

Hadir atau tidaknya bunyi nasal berkaitan erat dengan :
  1. Kaitan dengan tipe verba Dalam Bahasa Indonesia ada 4 macam tipe verba yang berkaitan dengan proses nasalisasi. Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nominape- dan nomina pe- an) yang diturunkan adalah sebagai berikut. Afiks Nasal Fonem awal bentuk dasar me- me- kanme- i
1.      ¢
2.      M
3.      N
4.      Ny
5.      Ngl, r, w,y, m, n, ny, ngb, p, fd, ts, c, jk, g, h, kh, a, l, u, e, o
6.      dilihat bahwa dalam proses pengimbuhan afiks me-, me-kan, me-i akan terjadi.


  1. Kaitan dengan upaya pembentukan istilah Dalam peristilah olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju(yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan profesi.
  2. Kaitan dengan upaya semantikUntuk member makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Misalnya, bentuk mengkaji dalam arti meneliti dibedakan dengan mengaji yang berarti membaca Al Qur’an. Sementara itu, tanpa perbedaan semantik pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan secara bersaingan. Mensetir menyetir Mengkonsumsi mengonsumsi (Abdul Chaer, 2008 :56-62)

Senin, 23 Januari 2017

macam macam kata



Verba atau kata kerja ciri utamanya yaitu ;

Dapat didampingi oleh adverbial “tidak, tanpa”, dan khusus untuk negasi “bukan” dapat juga mendampingi sebuah verba, tetapi dengan persyaratan yaitu bila berada dalam konstruksi konstraktif.

1.      Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi.
2.      Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya.
3.      Tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat.
4.      Dapat didampingi oleh semua adverbia kala.

Contoh :
1.      Tidak datang, tanpamakan, dia bukan menangis karena sedih, melainkan karena           gembira.
2.      Seringdatang, jarangmakan, kadang-kadang pulang.

Secara morfologi verba yang berupa kata turunan dapat dikenali dari bentuknya.
Berprefiks ber-, berkonfiks ber-an, berklofiks ber-an, berklofiks ber-kan.

Berprefiks me-, berklofiks me-kan, berklofiks me-i, berklofiks memper-,berprefiks me- dan konfiks per-kan,berprefiks me- dan berkonfiks per-i.

1.      Berprefiks ter-, berkonfiks ter-kan,berkonsfik ter-i.
2.      Berprefiks se-.
3.      Bersufiks –kan.
4.      Bersufiks –i.

Berkofiks ke-an. Nomina atau Kata Benda Ciri utamanya yaitu ;

1.      Tidak dapat didahului adverbia derajat  agak ( lebih, sangat, dan paling)”.
2.      Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan “wajib”.
3.      Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah, seperti :“satu,sebuah, sebatang”
4.      Tidak dapat diahului oleh adverbia negasi “tidak”.

Contoh : Agakkucing, agak kucing, agak bulan, dll.


Dari segi bentuk nomina turunan dapat dikenali dari afiks-afiks yang di imbuhkan pada dasar yakni bentuk:
1.      Berprefiks : pe-, per-.
2.      Berkonfiks : pe-an, per-an, ke-an.
3.      Bersufiks   : -an.

Ajektiva atau Kata KeadaanCiri utamanya yaitu ;

1.      Tidak dapat didampingi adverbia frekuensisering, jarang,dankadang-kadang.
2.      Tidak dapat didampingi adverbia jumlah.
3.      Dapat didampingi oleh semua adverbia derajat.
4.      Dapat didampingi adverbia kepastianpasti, tentu, mungkindan
5.      Tidak dapat diberi adverbia kalahendakdanmau. Jadi bentuk-bentuk tidak diterima. Contoh : Sering indah, jarangtinggi,kadangbesar, dll.

Secara morfologi ajektifa yang berupa kata turunan atau kata bentukan dapat dikenali dari sufiks-sufiks (yang berasal dari bahasa asing) :

1.      al (faktual, ideal gramatikal)
2.      il (prinsipil, idiil, materiil)
3.      iah (alamiah, ruhaniah, harfiah)
4.      if (efektif, kualitatif, administratif)
5.      ik (mekanik, patriotik, heroik)
6.      is (teknis, kronologis, pancasilais)
7.      istis (materialistis, optimistis, egoistis)
8.      i (islami, alami, jasadi)9.wi (duniawi, surgawi, kimiawi)
9.      ni (gerejani)

B.  Klasifikasi Kelas Tertutup

Kelas kata tertutup adalah yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah, atau berkurang. Yang termasuk kelas tertutup adalah kelas-kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.1.Adverbiaadalah kata ketarangan atau kata ketarangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata yang lainnya.  Adverbia disebut juga kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia pada umumnya berupa bentuk dasar. Sedikit sekali yang berupa kata bentukan. Yang berupa kata bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya :

1.      Berprefiks se- (sejumlah, sebagian, seberapa, semoga)
2.      Berprefiks se- dengan reduplikasi (sekali-kali, semena-mena)
3.      Berkonsfiks se-nya ( sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya, sebisanya)
4.  Berkonfiks se-nya disertai reduplikasi (selambat-lambatnya, secepat-cepatnya, sedapat-dapatnya)

Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakanmenjadi empat macam pronomina yaitu:

1.Pronomina persona (kata ganti diri)

Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri.
Kata ganti diri dibedakan atas :

  1. Kata ganti diri orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang pertama jamak (kami kita)
  2. Kata ganti diri orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua jamak (kalian kamu sekalian)
  3. Kata ganti diri orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga jamak (mereka)
Pronomina demostrativa (kata ganti penunjuk)

Kata ganti penunjuk atau pronomina demostratifa (ini, itu) yang digunakan untuk menggantikan nomina sekaligus dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dekat dengan pembicara, sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara.

Pronomina interogatifa (kata ganti tanya)

Kata ganti tanya atau pronomina interogatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu (nomina atau kontruksi yang dianggap sebagai nomina) kata ganti tanya ini meliputi, apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana,danmana

Pronomina tak tentu

Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang termasuk akata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu beberapa dan sewaktu-waktu.

Numeralia

Kata bilangan atau numeralia adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinyadikenal adanya kata bilangan utama (satu, dua, lima), bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh).b)      Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata penggolong bilangan atau kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominanya. Yang termasuk dalam kata bantu bilangan adalah:ekor, buah, batang, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan, carik, kaki, pasang,dan4. PreposisiPreposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.Secara semantik preposisi menyatakan makna sebagai berikut :

  1. Tempat berada (di , pada, dalam, atas, antara)
  2. Arah asal (dari)
  3. Arah tujuan (ke, kepada, akan, terhadap)
  4. Pelaku (oleh)
  5. Alat (dengan, berkat)
  6. Perbandingan (daripada)
  7. Hal atau masalah (tentang, mengenai)
  8. Akibat, batas waktu (hingga, sehingga, sampai)
  9. Tujuan (untuk, buat, guna, bagi)
Konjungsi

Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa atau antara kalimat dengan kalimat. Dilihat dari tingkat kedudukannya dibedakan atas  :

Konjungsi koordinatif 

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara.

  1. Menghubungkan atau menjumlahkan (dan, dengan, serta)
  2. Menghubungkan atau memilih (atau)
  3. Menghubungkan mempertentangkan (tetapi, namun, sedangkan dan sebaliknya)
  4. Menghubungkan membetulkan (melainkan, hanya)
  5. Menghubungkan menegaskan (bahkan, malah, malahan, lagipula, apalagi, jangankan)
  6. Menghubungkan membatasi (kecuali, hanya)
  7. Menghubungkan mengurutkan (kemudian, lalu, selanjutnya, setelah itu)
  8. Menghubungkan menyamakan (yaitu, yakni, ialah, adalah, bahwa)
Konjungsi subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajatKonjungsi ini dibedakan atas:

  1. Menghubungkan menyatakan sebab akibat (sebab, karena)
  2. Menghubungkan menyatakan persyaratan (kalau, jika, bila, bilamana, apabila, asal)
  3. Menghubungkan menyatakan tujuan (agar, supaya)
  4. Menghubungkan menyatakan waktu (ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil, selama)
  5. Menghubungkan menyatakan akibat, yaitu konjungsi sampai, hingga, dan sehingga)
  6. Menghubungkan menyatakan batas kejadian (sampai, hingga)
  7. Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran (untuk, guna)
  8. Menghubungkan menyatakan penegasan (meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun)
  9. Menghubungkan menyatakan pengandaian (seandainya, andaikata)
  10. Menghubunkan menyatakan perbandingan (seperti, sebagai, laksana)
Konjungsi antar kalimat

Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Dari sifat hubungannnya dibedakan atas :

  1. Menghubungkan dan mengumpulkan (jadi, karena, oleh sebab itu, kalau begitu, dengan demikian)
  2. Menghubungkan menyatakan penegasan (lagipula, apalagi)
  3. Menghubungkan mempertentangkan atau mengontraskan (namun, sebaliknya)
Artikula

Artikula atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah si, sang.

Interjeksi

Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu interjeksi yangberupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh, nah, hah) dan interjeksi yang terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga. Alhamdulillah, Masyaallah dsb).